Melepaskan HAK

Dear Sahabats,

Semoga tulisan ini menyapa Sahabats dalam suasana penuh syukur kepada Bapa,
atas semua KEBAIKAN yang kita terima dalam kehidupan kita.

Ijinkan aku membagikan pengalamanku bersama Bapa,
yang mengajarkanku sebuah hal penting,
yakni tentang MELEPASKAN HAK.

 

Sahabats yang penuh kesabaran dari Roh Kudus,

Sebelum aku resmi resign dari perusahaan lamaku per tanggal 15 Sept 2011 ini,
aku sempat jatuh sakit, ternyata radang tenggorokan.

Masalah ini memang masalah lama yang sudah sering kualami,
dikarenakan kondisi amandel & anak tekak-ku sudah tidak baik.

Dikarenakan masih resmi berstatus karyawan sampai tanggal 15 Sept 2011,
walau aku sudah tidak ke kantor karena menghabiskan jatah cuti,
aku merasa MASIH BISA meng-klaim tunjangan pengobatanku.

Dan Puji Tuhan saat kulakukan itu,
dari pihak perusahaan tidak ada masalah & memprosesnya seperti biasa.

 
Mengingat kondisi amandel & anak tekak-ku sudah kronis,
dan dokter memang sudah menyarankan untuk melakukan OPERASI,
dan selama ini kutunda-tunda karena berbagai alasan,
kali ini aku memutuskan untuk menjalankan operasi tersebut.

Jujur salah satu pertimbanganku saat itu untuk operasi adalah,
karena masih dalam TANGGUNGAN perusahaan.

Yang penting, aku tidak berdosa & melakukan kesalahan,
karena semuanya sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaanku.

 
Tapi aku dikejutkan,
saat aku mau memproses klaim-nya ke perusahaan,
kuterima email PENOLAKAN dari perusahaan,
dengan mengatakan bahwa aku sudah menandatangani persetujuan nilai pesangon,
sehingga aku tidak berhak lagi meng-klaim pengobatanku.

Sungguh aku MARAH BESAR saat itu,
aku segera hubungi banyak Sahabats yang bekerja di HRD,
dan kutemukan bahwa AKU YANG BENAR, bahwa AKU MASIH BERHAK.

Semakin aku MARAH BESAR.

Kuingat kami berbalas-balasan email penuh EMOSI,
dan ujungnya aku berniat akan ADUKAN ke pihak Disnaker tentang KETIDAKADILAN ini.

Dashyat.

 
Dari sejak kejadian itu,
aku malah jadi URING-URINGAN seharian,
aku malah jadi KEHILANGAN damai sejahtera & sukacita.

Walau AKU BENAR,
aku KEHILANGAN damai sejahtera & sukacita.

Dashyat.

 

Sahabats perhatikan baik,

Kuteringat waktu itu aku pergi beribadah di hari Minggu,
setelah berhari-hari aku uring-uringan.

Jujur aku LELAH.
Berhari-hari URING-URINGAN, ternyata MELELAHKAN.

Saat memulai ibadah,
aku tetap dilingkupi perasaan TIDAK damai sejahtera & sukacita.

Hingga akhirnya di tengah2 ibadah,
ada dorongan untuk melakukan sesuatu,
aku harus melakukan sesuatu untuk MENGEMBALIKAN damai sejahtera & sukacitaku.

Aku pun berdoa & mengambil sebuah KEPUTUSAN,
untuk MELEPASKAN HAK.

Walaupun aku BENAR,
walaupun itu memang masih menjadi HAK-ku,
tapi aku memutuskan untuk MELEPASKAN HAK.

Aku memutuskan untuk TIDAK MENUNTUT & MERIBUTKAN-nya lagi,
aku percaya damai sejahtera & sukacita Tuhan jauh lebih berharga daripada seonggok uang,
aku percaya Tuhan pasti menggantikannya dengan berkatNya yang berlimpah,

aku MELEPASKAN HAK.

Dashyat.

 
Seketika itu juga,
damai sejahtera & sukacita Tuhan mengalir dalam hatiku & pikiranku,
aku bisa menjalankan ibadah hari itu dengan hati & pikiran penuh damai sejahtera & sukacita.

Keesokan harinya,
aku mengirimkan email PERMINTAAN MAAF kepada pihak perusahaan,
dan bahwa aku tidak akan meributkannya lagi, termasuk mengadukannya ke Disnaker,
walaupun keputusan dari perusahaan tidak mau menggantinya.

Dashyat.

 

Akhirnya Sahabats,

Kalau HAK orang DIBELOKKAN di hadapan Yang Mahatinggi,
atau orang diperlakukan TIDAK ADIL dalam perkaranya,
masakan Tuhan tidak melihatnya?
(Ratapan 3:34-35, penekanan ditambahkan)

Dashyat.

Sorenya di hari yang sama,
tiba-tiba aku memperoleh email balasan dari perusahaan,
dimana manajemen memutuskan untuk MENGGANTI sepenuhnya klaim pengobatanku.

Dashyat.

 
Ya,
Bapa melihatnya dan Bapa BERTINDAK.

Saat aku diperlakukan TIDAK ADIL,
Bapa melihatnya dan Bapa BERTINDAK.

Saat aku memutuskan untuk MELEPASKAN HAK,
Bapa melihatnya dan Bapa BERTINDAK.

 

Marilah kita MENGANGKAT HATI & TANGAN kita kepada Allah di sorga:
(Ratapan 3:41, penekanan ditambahkan)

Ya,
kini kupercaya sepenuhnya,

saat kita MENGANGKAT TANGAN,
Tuhan TURUN TANGAN
.

 

BSD, 13 Sept 2011
Robby Hadisubrata

3 Comments

  1. Thanks, bang… Firmannya sungguh membangun… Smg Tuhan terus mprlihatkan kebesaranNya melalui pekerjaan yg DAHSYAT dan AJAIB melalui kehidupan bang Robby..
    Salam kenal dari Makassar…

  2. Semakin kita ngotot dengan uang dan hak kita, apa lagi dibumbui dengnnan emosi alias marah, maka surutlah hikmat. Ucapan syukur dibarengi merelakan (melepaskan) hak maka sang khaliklah justru yang tidak akan tega, Ia malah akan terusik bergegas ingin membela kita……. dahsyat.

Leave a comment