Dear Sahabats,
Berulang kali kita mendengar,
betapa Agricon Group ‘berbeda’ dari sekian banyak perusahaan lainnya,
karena kita memiliki 4 filosofi yang menjadi dasar perusahaan kita.
Jika demikian,
jika kita adalah seorang pemimpin di perusahaan,
apakah itu di level supervisor, level manager dst,
kita haruslah juga ‘berbeda’ dari pemimpin di perusahaan lainnya.
Dashyat.
Sahabats yang dicintai Tuhan,
Dari pengalamanku sebagai pemimpin,
salah satu tugas kita yang utama adalah MENGAMBIL KEPUTUSAN.
Dan seringkali,
kita diperhadapkan kepada hal yang dilematis,
sehingga muncul pertanyaan di benak,
mana keputusan yang TERBAIK yang harus saya ambil ?
Dashyat.
Sahabats yang diberkahi Tuhan,
Belum lama ini aku dihadapkan pada situasi dilematis ini.
Seorang bawahan memohon akan suatu fasilitas yang sangat dibutuhkannya,
akan tetapi menurut kebijakan perusahaan dia tidak berhak memperolehnya.
Atas dasar iba & bahwa bawahan itu telah ‘menitipkan’ persoalan ini kepadaku,
ditambah lagi menurutku ini adalah sebuah kebaikan yang kulakukan,
aku memaksa perusahaan untuk ‘melanggar’ kebijakan yang berlaku,
demi untuk dia.
Aku mencoba menjadi Robin Hood.
Ya,
Atas nama ‘kebaikan’ yakni keinginan untuk menolong kaum miskin,
Robin Hood mencuri harta orang kaya untuk dibagikan ke kaum miskin.
Sekilas,
Mungkin terlihat ini adalah BAIK.
Tapi,
Kebaikan yang dilakukan dengan cara yang tidak baik,
adalah BUKAN KEBAIKAN.
Dashyat.
Sahabats renungkan baik,
Filosofi Agricon Group yang pertama berbicara tentang,
“Menghormati Tuhan dalam segala sesuatu yang kita perbuat”
Itu artinya,
segalanya yang kita lakukan haruslah atas kesadaran & motivasi untuk menghormati Tuhan.
Itu berarti,
tidak bisa memakai cara yang tidak menghormati Tuhan,
untuk menghormati Tuhan.
Dashyat.
Bisakah,
atas nama Tuhan,
aku melakukan korupsi untuk kemudian menyumbangkannya untuk pembangunan rumah ibadah?
Atau,
atas nama bawahan yg mengalami ketidakadilan,
aku melanggar aturan perusahaan (yg akhirnya menimbulkan ketidakadilan kepada pihak2 lain),
demi menolong dia?
Atas nama rasa iba kepada bawahan yang gajinya kecil,
aku sengaja melebihkan hak (lembur, insentif, tunjangan) dari yang seharusnya didapatkannya?
Atas nama menolong karyawan mendapatkan kartu kredit,
aku memalsukan besaran nilai gaji karyawan, ataupun jabatannya?
Atas nama satu department, satu daerah asal, satu agama, satu suku, persahabatan dll,
aku memaksakan seseorang dipromosi yang sesungguhnya dia bukan yang terbaik bagi perusahaan?
Juga termasuk,
atas nama profit perusahaan,
aku menunda fasilitas bawahan padahal itu sudah menjadi haknya?
Atas nama profit perusahaan yg ujung-ujungnya kesejahteraan karyawan,
aku menyogok demi memenangkan sebuah tender?
Atas nama menolong supplier,
aku memaksakan perusahaan memakai jasa/produk-nya padahal itu bukan yg terbaik bagi perusahaan?
Sudah pasti TIDAK.
Karena,
tidak bisa memakai cara yang tidak menghormati Tuhan,
untuk menghormati Tuhan.
Dashyat.
Sahabats yang menginspirasi,
Pada kasus waktu itu,
saat aku akhirnya menyadari kesalahanku ini,
aku langsung meminta maaf & berhenti memaksakannya lagi.
Aku mencoba mentaati kebijakan yang berlaku,
aku mencoba memberikan pemahaman kepada bawahan tersebut,
dan aku ‘hanya’ mencoba mengajukan usul untuk memperbaiki kebijakan ke depannya.
Saat itu,
aku akhirnya memakai cara yang menghormati Tuhan,
untuk menghormati Tuhan.
Dashyat.
Akhirnya Sahabats,
Kumenyadari sekarang,
bahwa suatu saat pasti sebagai pemimpin,
aku akan dihadapkan pada ‘ujian’ sejenis,
dan aku mungkin masih akan jatuh lagi.
Tapi dalam ketidaksempurnaanku,
aku tetap mau membagikan tulisan ini kepada semua Sahabats.
Tidak lain,
aku ingin mengajak Sahabats bersama-sama belajar,
untuk menjadi,
Pemimpin yang menghormati Tuhan.
Bogor, 9 Feb 2011
Robby Hadisubrata
From Sugeng Wijaya on 30 Mei 2011 :
setiap manusia tak luput dari dosa, pemimpin adalah manusia tapi bagaimapun jika dia mengenal Tuhan pasti takut juga. Nice to share om. tq