Mengalah Bukan Berarti KALAH

Dear Sahabats,

Semoga email ini menyapa sahabats dalam suasana ceria penuh senyum di wajahmu.

Ijinkan aku menuliskan apa yang kuamati belakangan ini terjadi di sekelilingku,
tentang Pernikahan.

Tak tahu apa yang Tuhan ingin tunjukkan,
Tapi memang akhir-akhir ini, banyak permasalahan seputar pernikahan yang terjadi di sekelilingku.

 

Sahabats yang setia,

Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan,
tidak lain karena Tuhan ingin adanya pernikahan,
adanya keluarga & adanya keturunan.

Jadi, kerinduan adanya pernikahan, keluarga & keturunan bukan dari kita,
melainkan Tuhan dari sejak diciptakanNya manusia.

 

Sahabats perhatikan baik,

Tahukah anda, TIGA HURUF yang menjadi sumber utama permasalahan seputar pernikahan?

EGO.

Ya,
Pernikahan mempersatukan dua manusia dengan keunikan, kebiasaan & keinginan sendiri-sendiri.

Pernikahan mempersatukan dua EGO.

Ini yang menjadi tantangan.

Ya,
Suami suka keramaian, istri suka ketenangan.
Suami suka tidur dengan lampu mati, istri suka tidur dengan lampu menyala.
Suami suka makan nasi yg masih panas, istri suka makan nasi yang sudah dingin.
Dan…masih banyak lagi.

Dan…semua itu harus disatukan.

Lalu,
Apa solusinya?

MENGALAH.

Kita harus belajar MENGALAH.

Karena saat mengalah, tidak ada lagi perbedaan.
Karena saat mengalah, yang ada hanya kesepakatan.
Karena saat mengalah, tidak ada lagi AKU, yang ada KAMI.

Seperti telur, tidak ada lagi kuning telur dan putih telur,
Kini, kita sudah jadi telur dadar, tidak bisa dipisahkan lagi.

There’s no more ME, now it’s WE.

Dashyat.

Lalu siapa yang harus mengalah?

 

Sahabats simak baik,

Kesepakatan itu bisa diraih dengan banyak cara.

Kesepakatan itu bisa diraih dengan suami yang mengalah.
Kesepakatan itu bisa diraih dengan istri yang mengalah.
Kesepakatan itu bisa diraih dengan keduanya yang mengalah.

Tidak ada yang terbaik diantara ketiganya.
Ini suatu seni berkeluarga, bukanlah rumusan matematika.
Oleh karenanya, tiap keluarga punya caranya sendiri, tidak bisa disamakan dengan keluarga lainnya.

Ada keluarga yang bahagia dan sepakat dengan suami yang mengalah.
Ada keluarga yang bahagia dan sepakat dengan istri yang mengalah.
Ada keluarga yang bahagia dan sepakat dengan keduanya yang mengalah.

Apapun itu, yang penting SEPAKAT.

 

Sahabat renungkan baik,

Mengapa mengalah menjadi satu hal yang paling tidak disukai banyak sahabats?
Karena banyak sahabats menganggap mengalah berarti kalah.

Banyak suami tidak mau mengalah kepada istri, karena gengsi.
Banyak istri tidak mau mengalah kepada suami, karena ini zamannya emansipasi.

Andaikan,
aku bertanding tinju dengan Mike Tyson, kira-kira siapa yang akan jadi pemenang?
Tentu, Mike Tyson.

Apakah tepat, jika aku berkata,”Aku mengalah dan membiarkan Mike Tyson menang.”
Tentu tidak.

Lebih tepat, jika seorang Mike Tyson berkata, “Aku mengalah dan membiarkan Robby menang.”

Jadi,

Siapa yang mengalah, adalah yang LEBIH KUAT.

Dashyat.

Suami yang mengalah, adalah suami yang lebih dewasa dibanding istrinya.
Istri yang mengalah, adalah istri yang lebih bijaksana dibanding suaminya.

Kedewasaan seseorang tidaklah tergantung dari usia.
Dan seringkali tingkat kedewasaan suami dan istri tidaklah seimbang.
Artinya, bisa terjadi seorang suami jauh lebih dewasa dari istrinya, atau sebaliknya.
Jadi, jika anda merasa lebih dewasa, mengalah-lah.

Seorang sahabat berkata sederhana, “Yang waras, (yang) ngalah.”

Dashyat.

 

Sahabats yang dikasihi Tuhan,

Pernikahan adalah seperti 2 orang mengendarai mobil menuju suatu tujuan.
Di perjalanan bisa saja mereka mengalami macet, ban bocor, tabrakan dan masalah lainnya.
Tapi saat itu terjadi, bukan berarti yang seorang turun dari mobil dan memutuskan pergi sendiri.
Melainkan berdua bersama-sama (baca: bekerja sama) mencari solusi agar mobil bisa jalan lagi dan sampai ke tujuan.

Percekcokan, perselingkuhan dan banyak lagi masalah dalam keluarga.
Tapi bukan berarti kita menyerah dan bercerai.

Bercerai bukan pilihan yang tepat.
Bahkan, bercerai bukan suatu pilihan.

Tahukah anda,
Bercerai artinya anda mementingkan EGO anda, alias anda lulus sebagai orang yang EGOIS ?
Bercerai PASTI meninggalkan luka bathin kepada kedua belah pihak yang sulit disembuhkan ?
Bercerai PASTI memberi dampak traumatis kepada anak yang terbawa hingga mereka dewasa ?

Dan yang utama, bercerai TIDAK DIINGINKAN Tuhan, Sang Pencipta pernikahan & keluarga.

 

Akhirnya sahabats,
Cara pandang menentukan hasil.
Pandanglah ini sebagai ujian dan anda harus lulus.

Mungkin anda berkata mustahil bisa diperbaiki.
Tapi saat anda berkata demikian, anda meragukan Tuhan Allahmu.

Karena bagi Tuhan, TIDAK ADA YANG MUSTAHIL.

 
Bogor, 31 Maret 2010
Robby Hadisubrata.

4 Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s