Wah rame ya…. itu kata pertama yang keluar dari mulutku, saat aku dan seorang Sahabat duduk di salah satu warung kopi.
Ya, dibandingkan dengan sederetan warung2 di sebelahnya, warung ini paling rame, bukan pengunjungnya, tapi ISI-nya.
Di meja terdapat toples-toples berisi penganan ringan seperti kacang, gorengan dan botol-botol minuman berbagai merk.
Di etalase nampak berderet mie instant & permen, di tembok dan di atap penuh gantungan berbagai jenis krupuk, snack biskuit dan kripik.
Dashyat.
Sahabats, warung ini memanfaatkan apa yg dikenal dalam teori pemasaran sebagai “UNPLANNED SHOPPING & IMPULSE PURCHASING.
Unplanned Shopping secara sederhana definisinya adalah kita membeli sesuatu yg kita tidak rencanakan tapi sebenarnya kita butuh. Misal sy masuk ke toko kelontong modern mau membeli minum tp saat melihat rak penuh berisi baterai, sy teringat bahwa saya butuh batere untuk mengganti batere remote tv yang mulai soak.
Sedangkan Impulse Shopping definisinya adalah kita mendadak tertarik membeli padahal sebenarnya kita tidak butuh. Ini yg seringkali dikenal dengan istilah “lapar mata”.
“Survey kami menyatakan bahwa diatas 70% pelanggan yg masuk ke toko kami MEMBELI apa yg sebenarnya TIDAK direncanakannya.”, tutur salah satu peserta pelatihanku yg adalah seorang Store Manager di perusahaan ternama “Ace Hardware”.
Itu lah UNPLANNED SHOPPING & IMPULSE SHOPPING.
Terbukti, Sahabat sy yang tadinya hanya berniat utk ngopi, tanpa sadar mengunyah kacang goreng yang tersedia di toples.
Hahaha.
Jadi Sahabats, apakah ini strategi yg tepat untuk diterapkan di toko atau restoranmu?
Robby Hadisubrata
Bandung 26 Sep 2017