Dear Sahabats,
Ada sebuah kalimat bijak yang membawaku menuliskan note ini,
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,
dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia,
itu semua yang disediakan Tuhan untuk umatNya yang setia kepadaNya.”
Dahsyat.
Sahabats yang dicintai Tuhan,
Kuingat siang itu aku makan siang sendirian di Mall yang berada tepat di seberang kantorku.
Sesudahnya, aku berkeliling Mall utk menghabiskan waktu istirahat siang, sebelum kembali beraktifitas.
Dan, langkahku terhenti di depan sebuah optik terkemuka.
Aku teringat kacamataku sudah perlu diganti, karena kondisinya sudah rusak, penuh karat & lecet.
Aku pun memutuskan untuk melihat & mencoba beberapa kacamata yang dipajang.
Tapi,
Siang itu tidak ada keputusan apapun tentang kacamata.
Jujur, salah satu alasannya adalah beberapa kacamata yang menarik minatku, harganya cukup mahal.
Selintas kuteringat untuk bertanya kepada Tuhan, tapi kuyakin pasti jawabanNya adalah tidak.
Masih banyak kebutuhan yang lebih penting daripada sekedar mengganti kacamata.
Aku pun kembali beraktifitas seperti biasa.
Malamnya aku tidur cepat, dan aku tidak tahu ada pesan masuk di Blackberry-ku.
Baru keesokan paginya aku melihatnya.
Tidak ada kata-kata dalam pesan itu, hanyalah 2 buah gambar yang dikirim sahabatku.
2 buah gambar FRAME KACAMATA.
Dahsyat.
Aku tersentak, dan segera membalasnya.
Aku bertanya, apakah dia mau menjual kacamata buatku?
Dalam hati, itu sudah suatu MUJIZAT dari Tuhan buatku.
Lebih tersentak, saat aku menerima jawabannya.
Sahabatku ternyata mau memberi kacamata itu buatku sebagai HADIAH,
dan aku dipersilahkan memilihnya.
Dahsyat.
Sahabats yang disayang Tuhan,
Seringkali aku mendengar pendapat bahwa Tuhan tidak perduli pada kita secara personal.
Apalagi hal-hal kecil seperti sebuah kacamata buatku yang bukan siapa-siapanya Tuhan.
Masih banyak hal lain yang jauh lebih penting untuk Tuhan pikirkan.
Tapi,
Pagi itu pikiranku dibukakan.
Ternyata,
Tuhan perduli, bahkan pada hal-hal kecil sekalipun.
Dahsyat.
Sahabats simak baik,
Ternyata MUJIZAT belum selesai sampai disitu.
Pagi itu juga aku memilih kacamata yang kumau dari 2 pilihan yang ada.
Lalu sahabatku meminta aku segera menemuinya utk mengambilnya.
Dan dikarenakan kesibukanku, aku lupa untuk mengambilnya.
Hingga sahabatku menelepon.
Kuteringat kata-katanya yang mengingatkan,
“Kamu tahu tidak harga kacamata itu di optik ?”
Harga yang diucapkannya, mencengangkan diriku.
Kacamata itu harganya LEBIH DARI 4 JUTA.
Dashyat.
Tak kuasa aku menahan air mataku.
Aku menangis penuh syukur.
Bukan hanya Tuhan perduli padaku,
tapi Tuhan juga sediakan yang JAUH LEBIH BAIK, BAHKAN YANG TERBAIK buatku.
Tidak tanggung-tanggung, kacamata seharga 4 juta lebih disediakan buatku.
Padahal, kacamata yang termahal pernah kumiliki hanyalah seharga 1 juta lebih,
dan itupun aku sudah sangat bersyukur.
Apa yang tidak terpikirkan olehku,
Tuhan sediakan buatku dengan cara yang AJAIB.
Andai saja siang itu aku memutuskan untuk membeli kacamata,
Kupercaya Tuhan tidak akan melakukan semua KEAJAIBAN ini.
Sahabats camkan baik,
Seringkali,
Dunia mengajarkan kita untuk terbiasa memutuskan segala sesuatu TANPA perlu “bertanya” kepada Tuhan.
Kuteringat seorang trainer kelas dunia mengajarkan,
“Kita adalah penentu masa depan hidup kita sendiri”
Disatu sisi kesannya ajaran itu sangat positif,
Tapi disisi lain,
Kita bisa terjebak menjadi “tuhan” atas hidup kita.
Kita-lah yang mengambil keputusan & yang menentukan yang terbaik buat kita.
Padahal bukan itu yang Tuhan mau.
Padahal bukan itu yang terbaik buat kita.
Kuteringat seorang bijak pernah menasehati,
Tuhan baru akan turun tangan, jika kita mengangkat tangan.
Dahsyat.
Ya,
Bukannya berarti kita berserah & tidak melakukan apa-apa.
Tapi, jika kita terlalu merencanakan & memutuskan SEGALANYA dalam kehidupan kita,
Itu berarti kita tidak memberikan PORSI apa-apa kepada Tuhan.
Sahabats yang diberkahi Tuhan,
Kuteringat akan ayahku,
yang SANGAT antusias setiap kuminta pertolongan untuk melakukan sesuatu.
Ada suatu semangat ekstra, untuk melakukannya sesegera mungkin, sebaik mungkin.
Akhirnya kusadari,
Ayahku termotivasi karena walaupun aku sudah dewasa & walaupun usianya sudah lanjut,
Tapi saat aku meminta pertolongan kepadanya,
dia merasakan dirinya masih “dibutuhkan”.
Secara sederhana,
Sama halnya dengan Tuhan yang sedemikian mencintai kita, umatNya.
Tuhan rindu jika kita masih membutuhkanNya utk menentukan setiap langkah di hidup kita.
Tuhan rindu jika kita meminta Dia turut berperan dalam setiap keputusan yang kita ambil.
Tuhan rindu jika kita tetap “mengandalkan” Dia, bukan diri kita sendiri.
Dan Tuhan akan SANGAT antusias,
untuk memberikan yang TERBAIK buat kita.
Dan tahukah engkau sahabats,
Dasar dari Ayahku melakukan semua itu adalah CINTA-nya kepadaku.
Dasar dari Tuhan melakukan semua itu adalah CINTA-nya kepadaku.
Dahsyat.
Ya,
Saat engkau mencintai seseorang, engkau PERLU merasa “dibutuhkan”.
Karena engkau selalu mau memberikan YANG TERBAIK kepadanya,
dan itu bisa engkau lakukan hanya jika engkau DIBERI KESEMPATAN untuk merasa “dibutuhkan”.
Sahabats renungkan baik,
Setelah kita menyadari PERLUNYA peran serta Tuhan untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup kita,
kita perlu juga untuk MENGAKUI & MENGHARGAI peran serta Tuhan,
di dalam setiap peristiwa yang engkau alami di dalam hidupmu.
Setiap kali kita mengalami suatu KEBAIKAN dalam kehidupan kita,
Itu Tuhan,
bukannya kebetulan, bukannya hoki, bukannya dewi fortuna.
Itu Tuhan,
yang sangat perduli padamu, bahkan akan hal2 yang kau anggap kecil & tidak berarti.
Itu Tuhan,
yang sangat mencintaimu & yang ingin selalu memberikan yang terbaik untukmu.
Akhirnya Sahabats,
Kini kupercaya penuh bahwa Tuhan sangat memperdulikan kita umatNya,
bahkan untuk hal-hal yang ‘biasa’ dalam hidup kita,
hal-hal yang kita seringkali anggap itu kecil & tidak berarti.
Dan kini kusadari penuh,
Bahwa ternyata bagiku itu adalah,
Sebuah bukti CINTA dari Tuhan kepadaku.
Bogor, 13 Desember 2010
Robby Hadisubrata